Tuesday, March 1, 2016

Ini dia 6 Hal Menarik tentang E-Commerce Indonesia


Pasar online Asia Tenggara tengah mengalami perkembangan pesat. Diperkirakan, uang yang berputar di sektor online akan mencapai lebih dari $87 miliar pada tahun 2025 dan banyak pemain global seperti Alibaba and Amazon berebut untuk mendapatkan bagian dari kue ecommerce. Sebagai salah satu negara kunci perekonomian di Asia Tenggara, kehadiran Indonesia tentu tidak dapat diabaikan begitu saja.
Indonesia dipercaya sedang menjelma menjadi salah satu pasar terbesar di Asia dengan potensi untuk menguasai 52% dari seluruh nilai ecommerce di Asia Tenggara pada tahun 2025. Yang menarik, kehadiran pemain global tidak serta merta membuat pemain lokal terintimidasi. Berikut adalah poin-poin menarik tentang ecommerce di Indonesia.

1. Pemain lokal mendominasi pasar
Perusahaan yang dikelola oleh orang Indonesia terlihat bermunculan di setiap bidang ecommerce di Indonesia, terutama produk C2C (produk dari konsumen untuk konsumen), Lifestyle & Travel. Beberapa lainnya memilih ceruk yang lebih kecil. Marketplace seperti Cipika, Qlapa, dan KuKa menjual produk lokal dan handmade, sedangkan Limakilo, memilih untuk memfasilitasi produk petani lokal.
kategori 'Others' di bawah sektor B2C diisi oleh pemain niche.
Menargetkan segmen konsumen yang lebih kecil untuk pemain lokal adalah salah satu cara untuk memberdayakan UKM lokal agar merambah ranah online. Hal ini juga berarti kompetisi yang lebih sedikit karena pemain asing dan besar biasanya akan mencoba bersaing untuk mendapatkan pengguna yang lebih ‘mainstream’ seperti Lazada, Elevenia dan MatahariMall.
Salah satu alasan keberhasilan perusahaan yang dimiliki oleh orang Indonesia adalah karena keakraban mereka dengan tren dan perilaku lokal. Perusahaan seperti Bukalapak, menyesuaikan kampanye marketing untuk mencocokkan dengan preferensi budaya dan mengidentifikasi pelanggan dengan lebih baik.
Di antara 20 situs top di Indonesia yang diambil dari SimilarWeb di bawah kategori 'Shopping' ini, lebih dari setengahnya adalah perusahaan asli Indonesia.
Perlu juga diingat,  pemain besar seperti OLX and iProperty dulunya adalah perusahaan lokal yang diakuisisi oleh pemain regional.

2. Marketplace jadi model paling Populer
Model ecommerce yang paling populer di Indonesia saat ini adalah marketplace seperti Tokopedia dan Lazada. Model ini disesaki dengan barang-barang yang masuk dalam kategori Fashion & Apparels, Electronics & Gadgets, serta Local & Handcrafted.
Namun, dengan semakin dewasanya industri dan brand yang menyadari pentingnya memiliki saluran online, lebih banyak yang kemudian mengadopsi strategi brand.com untuk menjangkau pelanggan secara langsung.
Adidas, HP and Kiehl’s  ini adalah beberapa nama-nama brand besar di bidang mereka masing-masing yang mengakui potensi online.
MatahariMall and MAPEmall adalah contoh dari peritel dengan modal besar yang baru saja bergabung dengan ruang online dan merasakan benar dampak keuntungannya. MAP, perusahaan induk dari MAPEmall, mengumumkan pertumbuhan laba tahunan sebesar 78% pada bulan Agustus dan menyatakan usaha online mereka sebagai salah satu pendorongnya.

3. Sektor B2B (Business to Busines) perlahan-lahan mendapatkan momentum
B2C (Business to Consumer = bisnis yang menjual barang langsung ke konsumen) bukanlah satu-satunya sektor yang melihat peluang di online. Peritel industrial terbesar di Indonesia, Kawan Lama, adalah salah satu pemain awal yang membuat lompatan ke ecommerce di sektor ini.
Perusahaan ini meluncurkan situs yang mampu melayani jenis pelanggan bisnis dan konsumen sekaligus. Peritel besar lainnya yang mengikuti strategi ini adalah Electronic City.

4. Riset pasar sangat dibutuhkan
Karena kehadiran ecommerce di Asia Tenggara masih baru, hanya ada segelintir sumber daya yang ada untuk membantu bisnis membuat keputusan. Bahkan perusahaan riset termuka seperti Nielsen mengalami kesulitan memperoleh data pasar cukup untuk membuat laporan yang komprehensif.
Kurangnya pengetahuan dan wawasan mempengaruhi pertumbuhan ecommerce karena eksekutif dipaksa untuk membuat keputusan strategis berdasarkan insting mereka sehingga mengakibatkan para brand konservatif menjadi ragu untuk going online.

5. Hadirnya lebih banyak pilihan pembayaran
Lebih dari separuh penduduk di Indonesia tidak memiliki rekening bank. Sementara itu, yang memiliki kartu kredit hanya sekitar 1.4%. dengan demikian, pembayaran menjadi salah satu hambatan terbesar untuk pertumbuhan ecommerce di negara ini.
Perusahaan telko di Indonesia adalah salah satu kontributor kunci yang membantu membangun ekosistem ecommerce dengan meluncurkan mobile wallet versi mereka sendiri, metode pembayaran yang populer. Hal ini tidak mengherankan, mengingat bahwa setiap perusahaan telko memiliki website ecommerce mereka sendiri.

6. Semakin banyak pilihan jasa pengiriman
Infrastruktur sering diakui sebagai salah satu hambatan utama bagi ecommerce di kawasan ini, terutama Indonesia di mana kurangnya transportasi umum, rumitnya kondisi geografis kepulauan dan kurang berkembangnya jalanan menimbulkan masalah serius.
Aplikasi pemesanan kendaraan pun memperluas penawaran mereka sampai ke layanan kurir untuk memenuhi permintaan yang terus berkembang. Gojek, misalnya, sebuah startup transportasi tradisional telah menjadi metode pengiriman pilihan yang dipilih oleh para pedagang dan pembelinya karena menawarkan jasa pengiriman yang cepat dan memiliki sistem pelacakan dengan harga yang terjangkau.

Sumber: tabloidpulsa.co.id
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...